Ellena Wulandari

Bergerak Menginspirasi

  • Home
  • About Me
  • YouTube
  • Instagram
Campus

Kumpulan Foto 3,5 Tahun di Cendekia Teknika Penuh Cinta

Thursday, 22 December 2016 By Ellena Wulandari 0 Comments

Saat aku lelah menulis dan membaca di atas buku-buku kuletakkan kepala dan saat pipiku menyentuh sampulnya hatiku tersengat. Kewajibanku masih berjebah, bagaimana aku bisa beristirahat? – Imam An Nawawi –

Ini adalah tulisan yang terletak di web CT (bisa dilihat di sini), yang membuat saya tertarik untuk mendaftarkan diri pada masa Recdays KMFT UGM, 3,5 tahun yang lalu. Setelah menjalani proses wawancara, akhirnya saya masuk ke dalam departemen yang tidak masuk ke dalam pilihan saya yaitu PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia). Di sini, saya bertemu dengan orang-orang yang super kerennya masya Allah. Berikut beberapa dokumentasi di PSDM dan CT.

Sekolah Sekretaris Bendahara (April 2014), waktu itu saya mewakili mbak sekretaris yang nggak bisa hadir, alhamdulillah dapat ilmu banyak sekali dari sini.
Continue reading
Share:
Views:
Book Review

Book Review: Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan

By Ellena Wulandari 0 Comments
Judul Buku : Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan
Penulis : Salim A. Fillah
Penerbit : Pro-U Media

Buku Salim A. Fillah ini sudah tamat saya baca sekitar 2 tahun yang lalu. Lagi-lagi saya tidak sempat (baca belum menyempatkan) untuk membuat review sehingga sebagian besar alur ceritanya sudah terlupakan. Namun, karena buku ini merupakan salah satu buku yang ngena banget di hati dan sayang banget kalau ilmunya dilewatin, saya tetap ingin menulis review-nya di sini. Nah, agar saya ndak perlu repot mbaca dari awal, saya hanya memberikan beberapa kalimat yang ngena banget dari buku ini, yang sudah saya kasih tanda centang dengan menggunakan pensil saat membacanya.  

Buku ini diawali dengan hadirnya kita di tengah ayah bunda, lalu menjadi remaja yang tumbuh mendewasa dan penuh ego. Saat meneruskan bacaan, ada satu hal yang ngena banget di bagian awal: gerak itu tanda kehidupan. Yang mati itu tidak bergerak. 

Selanjutnya, Ust. Salim dengan bahasa puitisnya memberikan beberapa kalimat yang saya kutip berikut. 

Islam meletakkan cinta dan hawa nafsu dalam kemuliaan. Kemuliaan berarti kendali terhadapnya yang dipenuhi rasionalitas, kemanfaatan, jiwa pelestarian, pembangunan, dan kematangan. Maka Islam menghadirkan, bahkan sangat menganjurkan sebuah solusi bagi cinta dan syahwat itu: pernikahan. 
Continue reading
Share:
Views:
Pengabdian

Cerita KKN #1: Bicara Soal Cinta Lokasi, Bagaimana Tidak Jatuh Hati?

Wednesday, 21 September 2016 By Ellena Wulandari 0 Comments
KKN selalu identik dengan apa yang orang sebut sebagai Cinlok atau Cinta Lokasi. Cinta lokasi didefinisikan sebagian orang sebagai peristiwa jatuh hatinya “dua insan” karena sering bekerja sama di tempat yang sama dalam waktu yang cukup lama. Apakah saya juga jatuh hati? Ya, tentu. Saya jatuh hati dengan Blora yang awalnya tidak ada menarik-menariknya. Saya jatuh hati dengan masyarakat di dalamnya, mulai dari keluarga pondokan, adik-adik di sekolah, pemuda pemudi, dan tentunya saya juga jatuh hati pada tim KKN JTG-07. 

Yang pertama kali akan saya ceritakan adalah keluarga pondokan. Keluarga pondokan ini terdiri dari sepasang suami istri, satu anak laki-laki SMP, satu anak perempuan SD, dan satu bayi yang baru lahir 10 hari sebelum penarikan. Saya masih mampu merasakan saat dimana kami bersama mereka selalu berusaha untuk melaksanakan sholat berjamaah tepat waktu, makan dan ngobrol bersama. Perhatian yang diberikan oleh bapak pondokan juga sangat menyentuh hati kami, mulai dari perhatian terhadap kehidupan di rumah hingga pada program yang melibatkan perangkat desa. Berikut ini adalah cuplikan pesan yang beliau sampaikan pada saat kami sampai di Jogja. 

Foto Keluarga Bersama Teman-teman Sub Unit Keboan dan Keluarga Pondokan
“..... saya sama ibu kok setiap melihat kalian semua saya kok nangis terus entah kenapa saya sendiri nggak tau entah apa yang telah terjadi kenyataan ya itu munkgin rahasia Allah mungkin waktu KKN sering ngobrol, sholat jamaah makan bersama sering bercanda sama anak saya ratna ya begitulah ada pertemuan pasti ada perpisahan dan saya doakan kalian semua semoga selamat sampai tujuan dan saya berharap semoga anak saya biar seperti kamu jadi anak sholeh dan sholihah AMIN....”

Berkunjung ke Alun-alun Blora
Selain membuat saya jatuh hati, keluarga pondokan ini juga membuat jatuh hati kepada Blora. Bapak pondokan pernah mengajak kami berkunjung ke beberapa tempat wisata di Blora dan itu sangat menyenangkan karena ternyata Blora memang menarik.

Berkunjung ke Waduk

Berkunjung ke Gua

Bersama Adik-adik di Sekolah
Objek yang membuat saya jatuh hati selanjutnya adalah adik-adik di sekolah dan di TPA. Saya masih ingat betul ketika kami datang, mereka selalu menyambut kami dengan mencium tangan kami sambil memanggil “Kakak, ayo masuk kelasku.” dan ketika mendekati penarikan, mereka berkali-kali menanyakan “kakak sudah mau pulang ya” sambil menunjukkan raut kesedihan. 

Bersama Keluarga Kepala Sekolah SD 1 Kebonrejo
Saya juga jatuh hati pada pemuda (dan pemudi) melalui mimpi-mimpi yang akhirnya mereka kemukakan ketika program sharing yang kami adakan. Pemuda yang selintas membuat kami takut, yang ternyata sangat baik. Bagaimana tidak jatuh hati? Pemuda/i yang ternyata memiliki cita-cita besar (hingga ada yang ingin jadi menteri) namun terhalang kurangnya informasi untuk kuliah gratis. Kami yang awalnya sangat takut untuk bergabung karena adanya konflik internal di antara pemuda, pada akhirnya dapat menyatu bahkan mendapatkan banyak bantuan dari mereka di setiap kegiatan yang kami adakan.

Bersama Pemuda Setelah Mengadakan Lomba
Kisah jatuh hati yang terakhir adalah saya jatuh hati kepada JTG 07. Bagaimana tidak jatuh hati? Tim KKN, termasuk DPL dengan tagline Totalitas Pengabdian ini adalah tim yang mengajarkan saya banyak hal. Saya belajar bagaimana bekerja sama dengan teman-teman yang tidak suka dengan planning tetapi langsung melakukan aksi mendadak dan bagaimana tetap menjaga kedekatan ukhuwah di tengah padatnya program masing-masing. Dengan segala latar belakang yang berbeda, tim KKN ini berhasil memberikan nuansa kehangatan di akhir pertemuan. 

Inilah kisah Cinta Lokasi saya di tempat KKN. Bagaimana dengan kamu? :)
Continue reading
Share:
Views:
Pengabdian

Cerita KKN #2: Semanis Senyumanmu Senja Itu

By Ellena Wulandari 0 Comments
Rintik gerimis membasahi bahu jalan di depan pondokan. Ingin rasanya sehari saja tidak datang ke masjid Al Fatah untuk mengajar TPA karena kaki kami pun sudah mulai kaku akibat aktivitas program lain yang dilaksanakan sejak pagi. Namun apa daya, beberapa anak sudah rapih mengenakan baju muslim, berjalan dengan penuh semangat sambil membawa iqra/al quran, dan bersiap menyambut kami di serambi. 

Tanpa pikir panjang, kami pun bergegas menuju Al Fatah dengan menggunakan sepeda motor. Toh, hanya gerimis. Ketika motor kami sampai di depan gerbang, puluhan anak kecil itu langsung memanggil nama kami dengan sangat bersemangat, “Kakak! Kakak! Hore!”. Mereka langsung datang kepada kami, mencium tangan kami, lalu kembali duduk rapih sembari menunggu kami membuka pertemuan. Setelah melihat senyuman yang memecah suasana senja itu, rasa lelah pun langsung menghilang. 
Salah satu santri bernama Nida sedang membaca Iqra'
Beginilah aktivitas yang kami lakukan setiap sore kurang lebih selama 2 bulan ketika KKN. Taman Pendidikan Al Quran (TPA) adalah salah satu program kami yang ditujukan untuk anak-anak Desa Kebonrejo. Selama menjalani program ini, kami hanya membantu para ustadz yang sudah mengajar TPA sejak lama. Membantu mengajari membaca, bercerita tentang kisah-kisah islami, dan mengajarkan beberapa lagu baru untuk mereka. Hal-hal sederhadana itu ternyata berhasil membuat senyuman indah merekah dari setiap wajah-wajah polos itu. 

Kami tak perlu membelikan mereka gadget yang sedang hits atau bercerita tentang tokoh-tokoh kartun. Hey, bukankah cerita lelaki yang dapat membelah laut jauh lebih menarik? Kami hanya perlu hadir, mempersilakan mereka mencium tangan kami, dan mendengarkan cerita mereka yang terkadang “sulit dipahami”. Sebuah hal yang mungkin jarang kami dapati lagi di desa kami yang kata orang “sudah jauh lebih baik”. 

Terima kasih dek, untuk hal-hal sederhana seperti ini. Sungguh bahagia kami bisa melihat senyuman kalian saat itu. Semoga ketika kami kembali, senja di Kebonrejo masih merekam betapa manisnya senyumanmu saat itu. 

Tulisan Ini Dimuat di http://www.kebonrejo.com/2016/09/semanis-senyumanmu-senja-itu.html
Continue reading
Share:
Views:
Taman Baca

Mengenal Literasi Indonesia dan Pengembangannya Melalui Taman Baca

By Ellena Wulandari 0 Comments
Sebuah berita yang memprihatinkan untuk dunia pendidikan Indonesia. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Central Connecticut State University, AS, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 61 negara dalam hal literasi (Kompas, 2016). Literasi adalah kemampuan menambah dan mengembangkan pengetahuan, potensi diri, dan peran di masyarakat melalui keterampilan  memahami, menggunakan, dan melakukan refleksi terhadap bacaan (OECD, 2003). Rendahnya literasi ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengikutsertakan kegiatan membaca dalam berpikir serta menulis apa yang dilakukan hingga menghasilkan karya. Memang sesuai dengan kondisi bangsa yang lebih senang mengalokasikan waktu berjam-jam untuk membuka media sosial dari pada membaca buku. Dilansir dari Kompas (2016), budaya membaca Indonesia masih sangat rendah (2-4 jam sehari) dimana UNESCO menetapkan standar membaca 4-6 jam sehari dan negara maju 6-8 jam sehari.

Untuk mengatasi hal ini, salah satu langkah yang dilakukan oleh Kemdikbud adalah membentuk Gerakan Literasi Sekolah yang terdiri dari gerakan membaca 15 menit buku non akademika sebelum dimulai pelajaran, pembagian buku bacaan, dan workshop literasi. Menarik memang. Ketika banyak siswa yang dituntut untuk mengerti sejumlah buku-buku pelajaran, mereka diberikan kesempatan untuk membaca buku di luar pelajaran seperti novel, biografi, dan komik. Buku sastra memang dianjurkan untuk dibaca karena mampu menarik emosi pembaca dan menghadirkan mimpi kemanusiaan yang tidak akan diperoleh di dalam buku pelajaran (Supriano, 2015).

Sebagai masyarakat yang tumbuh di negara berkembang, kita memiliki hak untuk memilih apakah ingin menjadi bagian dari perkembangan literasi Indonesia atau justru diam dan bersembunyi. Sebetulnya hal ini dapat kita lakukan dengan mulai membiasakan membaca buku non bidang ilmu minimal 30 menit setiap hari. Dari kebiasaan-kebiasaan kecil inilah, maka akan terbentuk budaya haus membaca ketika dalam satu hari tidak membaca buku.

Menumbuhkan budaya literasi di dalam diri sendiri tidak sesulit menumbuhkannya di masyarakat pedesaan. Memulai menggerakkan literasi di masyarakat pedesaan yang identik dengan rendahnya pendidikan membutuhkan  usaha keras. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan menurut seorang anggota Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia, Trini Haryanti (2014) adalah mendekatkan masyarakat pedesaan dengan penyediaan fasilitas membaca yang mudah diakses seperti Taman Baca.

Salah Satu Taman Baca di Masyarakat Pedesaan
Saat ini, pengembangan Taman Baca di Indonesia telah dilakukan oleh banyak pribadi, komunitas, dan lembaga yang peduli. Komunitas itu seperti Yayasan Peduli Perpustakaan Indonesia (YPPI) dan Taman Bacaan Pelangi. Komunitas ini tidak hanya mendirikan Taman Baca tetapi juga membentuk kelembagaan sehingga Taman Baca bukan hanya sebagai media penyimpanan buku, melainkan juga sebagai media untuk berbagi ilmu. Diharapkan dengan semakin banyaknya komunitas yang tergerak untuk mendirikan Taman Baca, literasi Indonesia dapat terus berkembang. Berbicara tentang Taman Baca, salah satu tim KKN UGM juga mengadakan tiga buah Taman Baca masing-masing dusun di Desa Kebonrejo. Taman Baca yang diresmikan pada tanggal 6 Agustus 2016 ini adalah salah satu program KKN yang memiliki keberlanjutan. Beberapa informasi tentang pengembangan Taman Baca Kebonrejo dan Donasi dapat dilihat di www.kebonrejo.com.

Ditulis sebagai awalan pengembangan Taman Baca Kebonrejo
21 September 2016 | Ellena Wulandari
Tulisan ini dipublikasikan di: http://www.kebonrejo.com/2016/09/mengenal-literasi-indonesia-dan.html

Referensi:
Kompas, 2016, Rendahnya Peringkat Literasi, Artikel, diakses 21 September 2016 dari http://print.kompas.com/baca/2016/04/20/Rendahnya-Peringkat-Literasi-(1)
OECD, 2003, Literacy Skills fot the World of Tomorrow – Further Results from PISA (2000), Organisation for Economic Co-operation & Development & Unesco Institute for Statistics
Supriano, 2015, Memulai Gerakan Literasi (Sastra), Artikel, diakses 21 September 2016 dari http://ditpsmp.kemdikbud.go.id/oldMain/berita/111-memulai-gerakan-literasi
Haryanti, Titis, 2014, Membangun Budaya Literasi dengan Pendekatan Kultural di Komunitas Adat, Artikel, diakses 21 September 2016 dari http://www.triniharyanti.id/2014/02/membangun-budaya-literasi-dengan.html
Continue reading
Share:
Views:
Etalase 23 Kilo Meter

Laki-laki Penjual Koran

Thursday, 31 March 2016 By Ellena Wulandari 0 Comments
Etalase 23 Kilo Meter: Laki-laki Penjual Koran

Rabu pagi sebelum ujian Sistem Terintegrasi, saya sengaja datang ke kampus lebih awal dari biasanya. Tepat pukul 05:30 WIB, motor saya sudah mulai melaju menuju kampus. Setidaknya, saya akan memiliki waktu sekitar 1 jam sebelum ujian untuk menikmati kesegaran dhuha dan mencari informasi terkait jawaban-jawaban soal UTS tahun lalu. 

Di salah satu perempatan lampu merah, saya melihat seorang ibu yang sedang menaiki sepeda motor membeli koran dari seorang laki-laki. Laki-laki itu tak kunjung bergegas
Continue reading
Share:
Views:
Beasiswa Unggulan

Cerita Annual Gathering Penerima Beasiswa Unggulan Kemdikbud 2013

Friday, 25 March 2016 By Ellena Wulandari 0 Comments
Haloooo this is my story. Jadi kemaren Rabu tanggal 16 Maret, kami (saya, Doni, Kenita, Agner, dan Hafiz) sampai di Bandara Soetta jam 9 lalu naik taksi dan sampai di gedung ini. 
Ciyeee seneng banget pokoknya bisa ketemu lagi sama temen-temen yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik ini....
Continue reading
Share:
Views:
Beasiswa Unggulan

Cerita tentang Cara Memperoleh dan Mempertahankan Beasiswa Unggulan Kemdikbud 2013

By Ellena Wulandari 1 Comments
9:42 AM

I want to tell you more about my scholarship that can be found in the right corner of this blog. The scholarship is called Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CIMB Niaga Batch 8. This is one of Kemdikbud's programs in distributing the chance to study of Indonesian's scholar that collaborates with a private bank namely CIMB Niaga.
Continue reading
Share:
Views:
Achievement Beasiswa Unggulan

Mahasiswa Berprestasi Non Akademik Terbaik Penerima Beasiswa CIMB Niaga

Monday, 21 March 2016 By Ellena Wulandari 0 Comments

Saat ini, telah tiba...
Saat kau raih, cita yang kau damba...
Semua tak mudah, dan pantas dibanggakan...
(Soundtrack GS)

Continue reading
Share:
Views:
Teladan

Mush’ab Bin Umair, Sosok Inspiratif yang Terlupakan sebagai Teladan Ketangguhan Menghadapi Rintangan Permulaan Hijrah

Thursday, 10 March 2016 By Ellena Wulandari 0 Comments
Mush’ab Bin Umair, Sosok Inspiratif yang Terlupakan sebagai Teladan Ketangguhan Menghadapi Rintangan Permulaan Hijrah
Oleh: Ellena Wulandari (Universitas Gadjah Mada)
Published as the 1st Runner Up in NATIONAL ESSAY COMPETITION 
ASMF 2015, KMFPT, Universitas Gadjah Mada,  15 December 2015
No Plagiarism. Feedback or Correction: ellenawulandarimail@gmail.com
         Menurut data dari Biro Pengendalian Operasi, Mabes Polri (BPS, 2013), jumlah kasus kejahatan di Indonesia yang telah dilaporkan pada tahun 2010 adalah sebesar 332.490 kasus, lalu meningkat menjadi 346.605 kasus pada tahun 2011, dan 341.159 kasus pada tahun 2012. Persentase kejahatan yang menonjol pada tahun 2012 adalah pencurian (29,61%), penganiayaan (4,35%), narkoba (4,86%), perjudian (2,86%), pemerasan (1,38%), dan korupsi (0,11%). Kondisi kejahatan tersebut sangat memprihatinkan, terlebih jika kita ingat bahwa Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya adalah muslim. Menurut data dari Biro Pusat Statistik (2011), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 237.641.326 jiwa, dengan 87,18% adalah muslim. Hal ini tentunya menjadi sebuah tanda tanya ketika suatu negara dengan gelar mayoritas muslim, memiliki berbagai permasalahan yang bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
            Pertentangan itu tentunya memiliki akar yang tumbuh menjadi kebiasaan-kebiasaan pada bangsanya yang dapat disebabkan oleh hal-hal kecil di sekitar kita. Kita ambil contoh yang sederhana saja. Jika kita memasukkan kata kunci “pemuda inspiratif Indonesia” dalam search engine kita, hasil yang akan muncul adalah beberapa nama pemuda dengan prestasi gemilang yang mungkin juga kita ketahui sejak lama. Ada peraih IPK 4, pemenang kontes robot internasional, penulis buku, doktor termuda, dan sederetan pemuda lain peraih prestasi yang memperoleh gelar “inspiratif”. Terkadang, nilai-nilai yang akan kita peroleh dari mereka adalah nilai-nilai yang jauh dari Islam meskipun mereka adalah muslim. Hal ini adalah salah satu indikator bahwa nilai-nilai Islam itu sendiri belum tertanam secara keseluruhan kepada bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini karena salah satu indikator seseorang yang mengerti Islam secara keseluruhan adalah ketika ia mulai mengedepankan kepentingan akhirat di atas kepentingan dunia. Tidak banyak pemuda muslim yang mulai mengaitkan setiap peristiwa dengan agama. Padahal, Rasulullah saw. bersabda:

“Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya.” (Hadist Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (V/183).
           
            Mulai mengedepankan kepentingan akhirat terhadap kepentingan dunia memerlukan sebuah perjalanan panjang yang disebut dengan hijrah. Hijrah secara bahasa berasal dari kata Hajara Yahjuru Hajran yang artinya memutuskan hubungan (Yunus, 1990) dan merupakan lawan dari al Wasl atau menyambung sehingga hijrah dapat juga diartikan sebagai berpindah dari suatu tempat ke tempat lain (Ghianovan, 2014). Tempat di sini juga dapat diartikan sebagai sebuah pelajaran atau hikmah yang berhasil kita raih setelah melakukan perjalanan dan pencarian (Jazuli, 2006).
            Mungkin memang tidak mudah, ketika kita harus mengedepankan kepentingan akhirat terhadap kepentingan dunia. Salah satu hal yang dapat menjadi indikator frasa tidak mudah ini muncul adalah saat ini jarang kita dapati cerita pemuda muslim jaman Rasulullah saw. yang mampu menginspirasi kita pada pembelajaran dan buku-buku umum. Kita pun jarang menemukan nama-nama mereka dalam search engine kita. Salah satu sahabat Rasulullah saw. yang inspiratif adalah Mush’ab bin Umair, seorang sahabat yang mampu mempertahankan tekadnya untuk berhijrah di tengah keluarga yang sangat membenci Islam.
            Mush’ab bin Umair adalah pemuda kafir Quraisy yang terbuka hatinya untuk memilih beriman kepada Allah setelah mendengar ayat suci Al-Qur’an berkumandang dari bibir Rasulullah dalam sebuah lingkaran cahaya di rumah Arqam bin Abil Arqam. Setelah memeluk Islam, Mush’ab harus melaksanakan sholat secara sembunyi-sembunyi agar keluarganya tidak mengetahui keislamannya. Mush’ab sangat bersemangat untuk belajar ilmu agama serta memiliki kepandaian dalam berargumentasi sehingga Rasulullah saw. mengirimkan beliau dakwah di Madinah. Beliau rela meninggalkan kemewahan dunia untuk berjihad demi mengejar kehidupan di akhirat hingga akhirnya syahid dalam perang Uhud.
            Jika kita ingat kembali kasus kejahatan yang marak terjadi di negara dengan mayoritas penduduk muslim, maka satu hal yang patut kita pertanyakan adalah:

Sudah tertanamkah makna hijrah yang sesungguhnya pada setiap pemuda muslim di negeri ini? Sudah adakah perjalanan untuk mengedepankan kepentingan akhirat terhadap kepentingan dunia?

            Perjalanan ini memang tidak mudah. Banyak hal yang harus kita relakan ketika kita memutuskan untuk berhijrah. Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang mahasiswi di departemen saya, Departemen Teknik Fisika UGM. Beliau adalah seorang muslimah yang dulunya pernah menjadi bintang dalam sebuah majalah remaja. Setelah mendengar cerita beliau, ternyata bukanlah sebuah hal yang mudah ketika harus memutuskan memakai kerudung di tengah prestasi yang gemilang waktu SMA. Keputusan beliau untuk tetap mempertahankan pendirian dalam beragama mengalami fluktuasi yang harus selalu dikuatkan. Hingga hijrahnya kini mengantarkan beliau pada atmosfer prestasi yang juga gemilang. Beliau berhasil memperoleh juara pada beberapa perlombaan kepenulisan dan penelitian. Bahkan di tengah aktivitas-aktivitas sosial beliau yang padat, beliau justru memperoleh banyak celah menuju target pribadi yang terjadi dari pertolongan Allah.
            Kisah ini adalah sebuah kisah teladan bahwa awal untuk berhijrah memang sulit. Akan tetapi, seperti pada hadits Rasulullah saw di atas, ketika kita mampu mempertahankan orientasi kita akhirat, maka perlahan keberhasilan dunia itu akan kita dapatkan. Bahkan Islam pun mengarahkan pada keseimbangan dunia dan akhirat.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS. Al Qashash ayat 77)

            Sehingga kita bisa menyeimbangkan di antara keduanya. Dalam buku Majmu’atu Rasa’il (2012), Hasan Al Banna mengumpamakan sahabat-sahabat Rasulullah saw. sebagai rahib di malam hari dan penunggang kuda di siang hari. Mereka adalah orang yang mampu menikmati malamnya dengan dzikir dan ibadah kepada Allah lalu ketika datang waktu untuk berjihad, maka mereka akan segera melaksanakannya selayaknya penunggang kuda yang siap bertempur.
            Kembali lagi pada frasa tidak mudah dalam memulai berhijrah. Salah satu hal yang harus dilakukan pemuda untuk menghilangkan frasa tersebut adalah dengan mempelajari agama Islam secara keseluruhan sehingga kita akan menemukan alasan mengapa kita harus melaksanakan hijrah. Al Qur’an sebagai sumber pembelajaran yang pertama memberikan beberapa tujuan manusia hidup di dunia, salah satunya adalah untuk mencari kesenangan. Padahal sebagaimana yang disampaikan oleh Hasan Al Banna (2012), ada tujuan lebih mulia yang dapat kita ambil, salah satunya adalah menjadi khalifah. Firman Allah dalam Al Qur’an memberikan mandat dan hak kepemimpinan atas dunia kepada manusia. Ketika kita telah memahami makna tersebut, maka kita mampu menyadari bahwa ada tanggung jawab yang harus dilaksanakan untuk memimpin dunia menuju kebaikan sebelum ajal datang.
            Akan tetapi setelah kita mampu memulai hijrah, bukan tidak mungkin akan datang beberapa masalah yang membuat kita terkadang ingin berhenti dan kembali lagi pada masa yang penuh dengan kenikmatan duniawi. Seperti Mush’ab bin Umair yang harus menanggung amarah dari keluarganya harus melepaskan segenap kekayaannya untuk melanjutkan jalan perjuangan Islam.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al ‘Ankabuut ayat 2)

            Dalam masa seperti itu, kita membutuhkan teman untuk mengingatkan tujuan awal kita dalam jalan ini. Hingga kita akan berjuang bersama-sama dalam sebuah lingkaran cahaya. Karena pejuang yang sendiri adalah seperti sebuah lidi dan pejuang yang bersama-sama adalah seperti lidi-lidi yang menyatu menjadi sebuah sapu lidi. Sering mendengarkan ceramah Rasulullah saw dalam sebuah lingkaran cahaya menjadikan Mush’ab bin Umair semakin yakin dengan keputusan yang akan beliau ambil. Beliau pun meninggalkan kemewahan duniawinya agar dapat menjadi salah satu mujahid dalam perang Uhud.
            Pada akhirnya kita akan menyadari satu titik yang disebut dengan kesadaran masing-masing individu. Dalam era kekinian, teknologi komunikasi telah memudahkan kita untuk dapat saling berkomunikasi. Tidak ada alasan tidak mengikuti sebuah perkumpulan hanya karena kita tidak mengetahui ada panggilan. Tidak ada alasan tidak menemukan sumber belajar agama yang tepat karena kita dapat mencarinya dalam search engine kita dengan pemilihan kata kunci yang tepat. Bahkan melalui teknologi yang memanjakan kita saat ini, kita dapat menebarkan kebaikan-kebaikan kepada banyak orang, sekalipun hanya dengan cara-cara yang sederhana seperti menulis artikel dan mempublikasikannya. Tinggal hati yang selalu diteguhkan untuk memahami Islam secara keseluruhan. Tinggal hati yang harus selalu dikuatkan dengan cahaya dari Allah. Tinggal bagaimana doa yang kita panjatkan setiap sepertiga malam kepada Allah yang membolak-balikkan hati agar meneguhkan hati kita pada agama-Nya.

Yaa muqollibal qulub, tsabbit qolbi ‘ala diinik.
Wahai zat pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.
(HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahikan oleh Adz Dzhabi)

REFERENSI
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Kriminal 2013. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2011. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Yunus, M. 1990. Kamus Arab-Indonesia cetakan 9. PT. Hidakarya Agung. Jakarta.
Ghianovan, J. 2014. Relasi Makna Hijrah dan Migrasi dalam Al Quran. Skripsi. Ilmu Tafsir Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Jazuli, A. S. 2006. Hijrah dalam Pandangan Alquran. Terjemahan Eko Yulianti. Gema Insani Press. Jakarta.

Banna, H. A. 2012. Majmu’ah Rasa’ilil Imam Asy Sahid Hasan Al-Banna. Al-Bashair lil Buhuts wad Dirasat. Mesir. Terjemahan Anis Matta, dkk. 2012. Majmu’atu Rasa’il. PT Era Adicitra Intermedia. Solo.
Continue reading
Share:
Views:
Muslimah

Muslimah in Green Building Engineering Education Meneladani Aisyah r.a. dalam Mewariskan Ilmu Pengetahuan

By Ellena Wulandari 1 Comments
Muslimah in Green Building Engineering Education
Meneladani Aisyah r.a. dalam Mewariskan Ilmu Pengetahuan
By: Ellena Wulandari (Universitas Gadjah Mada)
Published as the Winner in NATIONAL ESSAY COMPETITION 
SCIENTIST MUSLIMAH EVENT 2015, KMFM, Universitas Gadjah Mada, 15 November 2015
No Plagiarism. Feedback or Correction: ellenawulandarimail@gmail.com

          Jika kita berkunjung ke Turki, tepatnya di Anatolia, kita akan menemukan sebuah bangunan tua bernama The Sultanhani Caravanserai, yaitu caravanserai[1], yang terbesar[2]. Siapa kira bahwa warisan paling unik sebagai tempat perdagangan dan bisnis ini adalah peninggalan salah satu pemerintahan Islam, Dinasti Saljuk. Dinasti Saljuk adalah dinasti yang memiliki kontribusi besar terhadap bidang bangunan di dunia, yaitu dari konsep masjid, madrasah, caravanserai, makam, kubah kerucut, dan muqarnas atau wujud dekorasi tiga dimensi pada interior kubah bangunan yang terinspirasi oleh komposisi geometris lebah[3].
            Tidak hanya untuk bangunan-bangunan Islam, Dinasti Saljuk juga memberikan dampak yang besar pada perkembangan arsitektur Eropa dan Barat. Dilansir oleh Republika[4], beberapa arsitektur Eropa dan Barat mengadopsi arsitektur Islam. Salah satunya adalah elemen pertama seni baroque[5] yang menyebar ke seluruh Eropa di abad ke-16 M. Hal ini karena memang arsitektur Islam memiliki keunikan tersendiri.
            Pengembangan bangunan oleh muslim telah ada jauh sebelum Dinasti Saljuk. Hal itu juga terkandung dalam Surat Al Baqarah ayat 127 tentang pembangunan Ka’bah yang sesuai dengan pembangunan akidah dan akhlak.

“Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim bersama-sama Nabi Ismail meninggikan binaan asas-asas (tapak) Baitullah (Kaabah) itu, sambil kedua-duanya berdoa dengan berkata: Wahai Tuhan kami! Terimalah daripada kami (amal kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah ayat 127).

            Sekilas cerita Dinasti Saljuk membuka mata kita bahwa dahulu ilmuan muslim dalam bidang bangunan sempat berkibar. Sempat berkibar karena kita tahu bahwa saat ini pengembangan ilmu pengetahuan dalam bangunan, lebih didominasi oleh orang-orang non-muslim. Tak perlu jauh-jauh, pembangunan green building [6]yang memang memiliki urgensi besar di dunia karena permasalahan dampak pemanasaan global saat ini pun lebih banyak dikembangkan oleh orang-orang non-muslim.
            Padahal Imam Al Ghazali dalam bukunya pernah berkata,

“Apabila ilmu dan karya-karya yang dimiliki non-muslim lebih baik dan lebih utama dari yang dimiliki kaum muslimin, maka kau muslimin berdosa dan kelak mereka dituntut atas kelalaian itu”.

            Sebagai seorang muslimah, tentunya kita juga memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pengembangan green building di negeri kita sendiri. Tak sedikit memang orang yang mengira bahwa permasalahan tentang bangunan ini berhubungan erat dengan laki-laki. Akan tetapi kita harus mengingat kembali kontribusi Aisyah r.a. dalam perkembangan ilmu pengetahuan muslimah pada masanya. Aisyah adalah seorang ibu yang bukan hanya cerdas dalam ilmu agama, tetapi ia juga cerdas dalam ilmu syair, sastra, sejarah, kedokteran, dan ilmu-ilmu lainnya. Beliau membuktikan bahwa seorang muslimah mampu berkontribusi dalam kamajuan ilmu pendidikan pada jamannya melalui kesempatan untuk mengajarkan dan mewariskan ilmu tersebut kepada para muslimah yang hidup setelahnya.  
            Hari Sabtu, 17 Oktober 2015 lalu saya berkesempatan untuk mengenal lebih dekat seorang dosen wanita ahli green building di Departemen saya, Departemen Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM). Senang rasanya ketika diajak bekerja sama dengan seseorang yang memiliki passion sama dengan saya. Sekilas ketika bersamanya, saya merasa tidak ada yang spesial. Wajar jika beliau pernah mengenyam pendidikan S3 karena beliau adalah seorang dosen. Akan tetapi setelah mendengar cerita bahwa beliau adalah seorang ibu dari empat anak yang menyelesaikan studi S3-nya setelah memiliki anak, saya tersentak. Bagaimana bisa seorang wanita di tengah-tengah kewajibannya sebagai seorang ibu dan istri, mampu membagi waktu untuk terus menuntut ilmu yang tinggi dan menjadi pengajar di perguruan tinggi?
            Muslimah memang seseorang yang memiliki kewajiban mengurus suami dan anak-anaknya. Akan tetapi tidak ada alasan bagi muslimah untuk tidak ikut andil dalam memenuhi kebutuhan perkembangan ilmu pengetahuan green building di negerinya. Tidak hanya mengembangkan ilmu yang bermanfaat untuk negaranya, tetapi menjadi seorang pengajar adalah kesempatan emas dalam sarana dakwah. Ia memiliki kesempatan membangun kesadaran anak didiknya bahwa salah satu tujuan menuntut ilmu setinggi mungkin adalah  untuk merebut kembali kejayaan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan pada Dinasti Saljuk. Sehingga sama seperti yang Aisyah lakukan pada bidang dan jamannya, ilmu pengetahuan akan selalu berhubungan dengan ilmu agama.

Sehingga suatu saat nanti hadir kembali ilmuan-ilmuan muslim. Sehingga suatu saat nanti ilmuan-ilmuan muslim mampu memimpin negeri ini menuju kebaikan.




[1] Sebuah bangunan yang digunakan sebagai tempat persinggahan dan tempat berdagangan pada Dinasti Saljuk.
[2] Republika. 2015. Caravanserai ini Terbesar di Dunia. Online. http://gayahidup.republika.co.id/berita/gaya-hidup/travelling/14/05/21/n5x805-caravanserai-ini-terbesar-di-dunia. Diakses tanggal 31 Oktober 2015 (19:55).
[3] Putrie, Y.E. 2015. Muqarnas: Ungkapan Keagungan NIlai Islam dalam Karya Arsitektur. Artikel. el-Harakah. Vol 12 Nomor 3 Tahun 2010.  
[4] Republika. 2015. Arsitektur Dinasti Seljuk. Online. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/13/m8p5oe-arsitektur-dinasti-seljuk-2habis. Diakses tanggal 31 Oktober 2015 (20:55).
[5] Salah satu karya arsitektur yang memiliki gaya anggun, indah, megah, dan monumental.
[6] Konsep bangunan yang memiliki prinsip ramah lingkungan dan hemat energi.
Continue reading
Share:
Views:
Campus

Thank You Allah, for the 5th Semester

Wednesday, 9 March 2016 By Ellena Wulandari 0 Comments
I could have told you more in the end of this semester. These are the keywords:
Kesatria, Laskar Bima, PSDM CT, Sekretaris Umum CT, AKAI, Asisten Statistika, Remifha, Muda-Mudi, SIC 15, SIC 14, Insgreeb, makrab kelas, makrab Kamase, Esai KMFTP, Esai KMFM, email-email penolakan, UG CT, praktikum TS, Biofisika, Komunikasi Data, Kerja Praktik, IP, IPK, lingkaran cahaya, my principle. 

Do your best in the 6th semester ^^
2 semesters more, in shaa Allah….

Continue reading
Share:
Views:
Book Review

Book Review: Tjokroaminoto Guru Para Pendiri Bangsa

Thursday, 14 January 2016 By Ellena Wulandari 0 Comments
Setelah sekian lama tidak menulis resensi buku di blog ini, rasanya saya memiliki hutang yang harus saya bayar. Entah mengapa, semester lima ini saya jarang sekali membaca buku noneksakta. Saya hanya membaca buku atau majalah tentang konservasi energi dan kawan-kawannya. Hanya ada beberapa buku noneksakta yang saya baca dan itupun (lagi-lagi) hanya untuk memenuhi tugas bacaan yang tentunya hanya terdiri dari beberapa bab atau subbab saja. Untuk membayar hutang kepada diri sendiri dan kepada pembaca tentunya, saya pun sudah menemukan beberapa daftar buku yang akan saya baca ketika liburan. Selamat datang, book review. Semoga bermanfaat.
Continue reading
Share:
Views:
Pengabdian

Laporan Kegiatan Bakti Sosial Remifha

Tuesday, 12 January 2016 By Ellena Wulandari 0 Comments
Bakti Sosial, Persembahan Akhir Tahun Remaja Masjid Miftahul Khasanah Pandak Bantul



Continue reading
Share:
Views:
Newer Posts Older Posts Home
Subscribe to: Posts ( Atom )

A woman with ambition is the sexiest woman

Labels

Beasiswa Unggulan (3) Belajar Memasak (2) Book Review (12) Campus (9) Etalase 23 Kilo Meter (6) Indonesiaku (1) KAMASE (8) Muslimah (1) Mutiara Hati (4) Pengabdian (3) Taman Baca (1) Teladan (1) Thailand (5) Tirai-tirai Asa (2)

Visitors

Archive

  • ►  2021 (2)
    • ►  February (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  July (1)
  • ▼  2016 (14)
    • ▼  December (2)
      • Kumpulan Foto 3,5 Tahun di Cendekia Teknika Penuh ...
      • Book Review: Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan
    • ►  September (3)
      • Cerita KKN #1: Bicara Soal Cinta Lokasi, Bagaimana...
      • Cerita KKN #2: Semanis Senyumanmu Senja Itu
      • Mengenal Literasi Indonesia dan Pengembangannya Me...
    • ►  March (7)
      • Laki-laki Penjual Koran
      • Cerita Annual Gathering Penerima Beasiswa Unggulan...
      • Cerita tentang Cara Memperoleh dan Mempertahankan ...
      • Mahasiswa Berprestasi Non Akademik Terbaik Penerim...
      • Mush’ab Bin Umair, Sosok Inspiratif yang Terlupaka...
      • Muslimah in Green Building Engineering Education M...
      • Thank You Allah, for the 5th Semester
    • ►  January (2)
      • Book Review: Tjokroaminoto Guru Para Pendiri Bangsa
      • Laporan Kegiatan Bakti Sosial Remifha
  • ►  2015 (32)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (10)
    • ►  June (3)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (6)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (13)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
  • ►  2011 (1)
    • ►  December (1)
Powered by Blogger.

© 2016 Ellena Wulandari
Distributed By Blogger & Created By Responsive Blogger Templates