Etalase 23 Kilo Meter: Laki-laki Penjual Koran
Rabu pagi sebelum ujian Sistem Terintegrasi, saya sengaja datang ke kampus lebih awal dari biasanya. Tepat pukul 05:30 WIB, motor saya sudah mulai melaju menuju kampus. Setidaknya, saya akan memiliki waktu sekitar 1 jam sebelum ujian untuk menikmati kesegaran dhuha dan mencari informasi terkait jawaban-jawaban soal UTS tahun lalu.
Di salah satu perempatan lampu merah, saya melihat seorang ibu yang sedang menaiki sepeda motor membeli koran dari seorang laki-laki. Laki-laki itu tak kunjung bergegas
di saat angka merah yang terhitung mundur semakin mendekati angka 1, sepertinya untuk menunggu bayaran koran.
di saat angka merah yang terhitung mundur semakin mendekati angka 1, sepertinya untuk menunggu bayaran koran.
Ketika angka 1 muncul, bunyi klakson yang amat menyakitkan menyerang dari belakang. Ibu itu semakin gusar mencari uang di dalam tas, lalu menyerahkan kepada penjual koran. Uang yang beliau serahkan terjatuh di atas tanah karena laki-laki itu tak mampu menangkapnya. Di saat beberapa motor dan mobil langsung melaju sembari seolah-olah berkata, “Huh! Gangguin orang jalan aja!” laki-laki itu menatap ke bawah dan mencari recehan yang ibu itu berikan. Ia mengais-ngaiskan sandal jepitnya, berharap recehan itu masih ada di antara rumput-rumput kecil yang tumbuh menguning. Saya yang terdiam sejenak hanya mampu menatap pedih karena beberapa motor di belakang saya pun sudah menyerang dengan klaksonnya.
Wahai pengguna jalan raya…
Apa salahnya menunggu sekian detik untuk membiarkan ibu itu memberikan uangnya dengan cara yang lebih baik? Uang yang laki-laki peroleh dari ibu itu memang tak seberapa, mungkin hanya dua atau tiga ribu. Tetapi apakah kau tahu betapa berharganya uang itu bagi laki-laki penjual koran? Sebab keuntungan yang beliau peroleh sangatlah kecil. Tak bisakah kau sedikit bersabar untuk membiarkan nurani kemanusiaanmu menang? Coba bayangkan jika laki-laki itu adalah kamu sendiri, anak, atau ayahmu, bukankah itu akan sangat menyakitkan?
Semoga kita selalu mengingat-Nya :')
0 Comment:
Post a Comment