Muslimah in Green Building Engineering Education
Meneladani Aisyah r.a. dalam Mewariskan
Ilmu Pengetahuan
By: Ellena Wulandari
(Universitas Gadjah Mada)
Published as the Winner in NATIONAL ESSAY COMPETITION
SCIENTIST MUSLIMAH EVENT 2015, KMFM, Universitas Gadjah Mada, 15 November 2015
No Plagiarism. Feedback or Correction: ellenawulandarimail@gmail.com
Jika
kita berkunjung ke Turki, tepatnya di Anatolia, kita akan menemukan sebuah
bangunan tua bernama The Sultanhani
Caravanserai, yaitu caravanserai[1], yang
terbesar[2]. Siapa
kira bahwa warisan paling unik sebagai tempat perdagangan dan bisnis ini adalah
peninggalan salah satu pemerintahan Islam, Dinasti Saljuk. Dinasti Saljuk
adalah dinasti yang memiliki kontribusi besar terhadap bidang bangunan di
dunia, yaitu dari konsep masjid, madrasah, caravanserai,
makam, kubah kerucut, dan muqarnas
atau wujud dekorasi tiga dimensi pada interior kubah bangunan yang terinspirasi
oleh komposisi geometris lebah[3].
Tidak
hanya untuk bangunan-bangunan Islam, Dinasti Saljuk juga memberikan dampak yang
besar pada perkembangan arsitektur Eropa dan Barat. Dilansir oleh Republika[4], beberapa
arsitektur Eropa dan Barat mengadopsi arsitektur Islam. Salah satunya adalah elemen
pertama seni baroque[5] yang menyebar ke seluruh Eropa di abad
ke-16 M. Hal ini karena memang arsitektur Islam memiliki keunikan tersendiri.
Pengembangan
bangunan oleh muslim telah ada jauh sebelum Dinasti Saljuk. Hal itu juga
terkandung dalam Surat Al Baqarah ayat 127 tentang pembangunan Ka’bah yang
sesuai dengan pembangunan akidah dan akhlak.
“Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim
bersama-sama Nabi Ismail meninggikan binaan asas-asas (tapak) Baitullah
(Kaabah) itu, sambil kedua-duanya berdoa dengan berkata: Wahai Tuhan kami!
Terimalah daripada kami (amal kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar, lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah ayat 127).
Sekilas
cerita Dinasti Saljuk membuka mata kita bahwa dahulu ilmuan muslim dalam bidang
bangunan sempat berkibar. Sempat berkibar karena kita tahu bahwa saat ini
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bangunan, lebih didominasi oleh orang-orang
non-muslim. Tak perlu jauh-jauh, pembangunan green building [6]yang
memang memiliki urgensi besar di dunia karena permasalahan dampak pemanasaan
global saat ini pun lebih banyak dikembangkan oleh orang-orang non-muslim.
Padahal
Imam Al Ghazali dalam bukunya pernah berkata,
“Apabila ilmu dan karya-karya yang
dimiliki non-muslim lebih baik dan lebih utama dari yang dimiliki kaum
muslimin, maka kau muslimin berdosa dan kelak mereka dituntut atas kelalaian
itu”.
Sebagai
seorang muslimah, tentunya kita juga memiliki tanggung jawab yang besar
terhadap pengembangan green building
di negeri kita sendiri. Tak sedikit memang orang yang mengira bahwa permasalahan
tentang bangunan ini berhubungan erat dengan laki-laki. Akan tetapi kita harus
mengingat kembali kontribusi Aisyah r.a. dalam perkembangan ilmu pengetahuan
muslimah pada masanya. Aisyah adalah seorang ibu yang bukan hanya cerdas dalam
ilmu agama, tetapi ia juga cerdas dalam ilmu syair, sastra, sejarah,
kedokteran, dan ilmu-ilmu lainnya. Beliau membuktikan bahwa seorang muslimah
mampu berkontribusi dalam kamajuan ilmu pendidikan pada jamannya melalui
kesempatan untuk mengajarkan dan mewariskan ilmu tersebut kepada para muslimah
yang hidup setelahnya.
Hari
Sabtu, 17 Oktober 2015 lalu saya berkesempatan untuk mengenal lebih dekat
seorang dosen wanita ahli green building
di Departemen saya, Departemen Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM). Senang
rasanya ketika diajak bekerja sama dengan seseorang yang memiliki passion sama dengan saya. Sekilas ketika
bersamanya, saya merasa tidak ada yang spesial. Wajar jika beliau pernah
mengenyam pendidikan S3 karena beliau adalah seorang dosen. Akan tetapi setelah
mendengar cerita bahwa beliau adalah seorang ibu dari empat anak yang
menyelesaikan studi S3-nya setelah memiliki anak, saya tersentak. Bagaimana
bisa seorang wanita di tengah-tengah kewajibannya sebagai seorang ibu dan
istri, mampu membagi waktu untuk terus menuntut ilmu yang tinggi dan menjadi
pengajar di perguruan tinggi?
Muslimah
memang seseorang yang memiliki kewajiban mengurus suami dan anak-anaknya. Akan
tetapi tidak ada alasan bagi muslimah untuk tidak ikut andil dalam memenuhi
kebutuhan perkembangan ilmu pengetahuan green
building di negerinya. Tidak hanya mengembangkan ilmu yang bermanfaat untuk
negaranya, tetapi menjadi seorang pengajar adalah kesempatan emas dalam sarana
dakwah. Ia memiliki kesempatan membangun kesadaran anak didiknya bahwa salah
satu tujuan menuntut ilmu setinggi mungkin adalah untuk merebut kembali kejayaan Islam dalam
bidang ilmu pengetahuan pada Dinasti Saljuk. Sehingga sama seperti yang Aisyah
lakukan pada bidang dan jamannya, ilmu pengetahuan akan selalu berhubungan
dengan ilmu agama.
Sehingga suatu saat nanti hadir
kembali ilmuan-ilmuan muslim. Sehingga suatu saat nanti ilmuan-ilmuan muslim
mampu memimpin negeri ini menuju kebaikan.
[1] Sebuah bangunan yang digunakan
sebagai tempat persinggahan dan tempat berdagangan pada Dinasti Saljuk.
[2] Republika. 2015. Caravanserai ini Terbesar di Dunia.
Online.
http://gayahidup.republika.co.id/berita/gaya-hidup/travelling/14/05/21/n5x805-caravanserai-ini-terbesar-di-dunia.
Diakses tanggal 31 Oktober 2015 (19:55).
[3] Putrie, Y.E. 2015. Muqarnas: Ungkapan Keagungan NIlai Islam
dalam Karya Arsitektur. Artikel. el-Harakah. Vol 12 Nomor 3 Tahun 2010.
[4] Republika. 2015. Arsitektur Dinasti Seljuk. Online.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/13/m8p5oe-arsitektur-dinasti-seljuk-2habis.
Diakses tanggal 31 Oktober 2015 (20:55).
[5] Salah satu karya arsitektur yang
memiliki gaya anggun, indah, megah, dan monumental.
Ini perkara mental. Wanita itu memang tangguh ya =D
ReplyDelete