Ellena Wulandari

Bergerak Menginspirasi

  • Home
  • About Me
  • YouTube
  • Instagram
Taman Baca

Mengenal Literasi Indonesia dan Pengembangannya Melalui Taman Baca

Wednesday, 21 September 2016 By Ellena Wulandari 0 Comments
Sebuah berita yang memprihatinkan untuk dunia pendidikan Indonesia. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Central Connecticut State University, AS, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 61 negara dalam hal literasi (Kompas, 2016). Literasi adalah kemampuan menambah dan mengembangkan pengetahuan, potensi diri, dan peran di masyarakat melalui keterampilan  memahami, menggunakan, dan melakukan refleksi terhadap bacaan (OECD, 2003). Rendahnya literasi ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengikutsertakan kegiatan membaca dalam berpikir serta menulis apa yang dilakukan hingga menghasilkan karya. Memang sesuai dengan kondisi bangsa yang lebih senang mengalokasikan waktu berjam-jam untuk membuka media sosial dari pada membaca buku. Dilansir dari Kompas (2016), budaya membaca Indonesia masih sangat rendah (2-4 jam sehari) dimana UNESCO menetapkan standar membaca 4-6 jam sehari dan negara maju 6-8 jam sehari.

Untuk mengatasi hal ini, salah satu langkah yang dilakukan oleh Kemdikbud adalah membentuk Gerakan Literasi Sekolah yang terdiri dari gerakan membaca 15 menit buku non akademika sebelum dimulai pelajaran, pembagian buku bacaan, dan workshop literasi. Menarik memang. Ketika banyak siswa yang dituntut untuk mengerti sejumlah buku-buku pelajaran, mereka diberikan kesempatan untuk membaca buku di luar pelajaran seperti novel, biografi, dan komik. Buku sastra memang dianjurkan untuk dibaca karena mampu menarik emosi pembaca dan menghadirkan mimpi kemanusiaan yang tidak akan diperoleh di dalam buku pelajaran (Supriano, 2015).

Sebagai masyarakat yang tumbuh di negara berkembang, kita memiliki hak untuk memilih apakah ingin menjadi bagian dari perkembangan literasi Indonesia atau justru diam dan bersembunyi. Sebetulnya hal ini dapat kita lakukan dengan mulai membiasakan membaca buku non bidang ilmu minimal 30 menit setiap hari. Dari kebiasaan-kebiasaan kecil inilah, maka akan terbentuk budaya haus membaca ketika dalam satu hari tidak membaca buku.

Menumbuhkan budaya literasi di dalam diri sendiri tidak sesulit menumbuhkannya di masyarakat pedesaan. Memulai menggerakkan literasi di masyarakat pedesaan yang identik dengan rendahnya pendidikan membutuhkan  usaha keras. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan menurut seorang anggota Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia, Trini Haryanti (2014) adalah mendekatkan masyarakat pedesaan dengan penyediaan fasilitas membaca yang mudah diakses seperti Taman Baca.

Salah Satu Taman Baca di Masyarakat Pedesaan
Saat ini, pengembangan Taman Baca di Indonesia telah dilakukan oleh banyak pribadi, komunitas, dan lembaga yang peduli. Komunitas itu seperti Yayasan Peduli Perpustakaan Indonesia (YPPI) dan Taman Bacaan Pelangi. Komunitas ini tidak hanya mendirikan Taman Baca tetapi juga membentuk kelembagaan sehingga Taman Baca bukan hanya sebagai media penyimpanan buku, melainkan juga sebagai media untuk berbagi ilmu. Diharapkan dengan semakin banyaknya komunitas yang tergerak untuk mendirikan Taman Baca, literasi Indonesia dapat terus berkembang. Berbicara tentang Taman Baca, salah satu tim KKN UGM juga mengadakan tiga buah Taman Baca masing-masing dusun di Desa Kebonrejo. Taman Baca yang diresmikan pada tanggal 6 Agustus 2016 ini adalah salah satu program KKN yang memiliki keberlanjutan. Beberapa informasi tentang pengembangan Taman Baca Kebonrejo dan Donasi dapat dilihat di www.kebonrejo.com.

Ditulis sebagai awalan pengembangan Taman Baca Kebonrejo
21 September 2016 | Ellena Wulandari
Tulisan ini dipublikasikan di: http://www.kebonrejo.com/2016/09/mengenal-literasi-indonesia-dan.html

Referensi:
Kompas, 2016, Rendahnya Peringkat Literasi, Artikel, diakses 21 September 2016 dari http://print.kompas.com/baca/2016/04/20/Rendahnya-Peringkat-Literasi-(1)
OECD, 2003, Literacy Skills fot the World of Tomorrow – Further Results from PISA (2000), Organisation for Economic Co-operation & Development & Unesco Institute for Statistics
Supriano, 2015, Memulai Gerakan Literasi (Sastra), Artikel, diakses 21 September 2016 dari http://ditpsmp.kemdikbud.go.id/oldMain/berita/111-memulai-gerakan-literasi
Haryanti, Titis, 2014, Membangun Budaya Literasi dengan Pendekatan Kultural di Komunitas Adat, Artikel, diakses 21 September 2016 dari http://www.triniharyanti.id/2014/02/membangun-budaya-literasi-dengan.html
Taman Baca
Share:

Ellena Wulandari
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna.

Related Articles


0 Comment:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments ( Atom )

A woman with ambition is the sexiest woman

Labels

Beasiswa Unggulan (3) Belajar Memasak (2) Book Review (12) Campus (9) Etalase 23 Kilo Meter (6) Indonesiaku (1) KAMASE (8) Muslimah (1) Mutiara Hati (4) Pengabdian (3) Taman Baca (1) Teladan (1) Thailand (5) Tirai-tirai Asa (2)

Visitors

Archive

  • ►  2021 (2)
    • ►  February (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  July (1)
  • ▼  2016 (14)
    • ►  December (2)
    • ▼  September (3)
      • Cerita KKN #1: Bicara Soal Cinta Lokasi, Bagaimana...
      • Cerita KKN #2: Semanis Senyumanmu Senja Itu
      • Mengenal Literasi Indonesia dan Pengembangannya Me...
    • ►  March (7)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (32)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (10)
    • ►  June (3)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (6)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (13)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
  • ►  2011 (1)
    • ►  December (1)
Powered by Blogger.

© 2016 Ellena Wulandari
Distributed By Blogger & Created By Responsive Blogger Templates