Judul Buku : Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan
Penulis : Salim A. Fillah
Penerbit : Pro-U Media
Buku Salim A. Fillah ini sudah tamat saya baca sekitar 2 tahun yang lalu. Lagi-lagi saya tidak sempat (baca belum menyempatkan) untuk membuat review sehingga sebagian besar alur ceritanya sudah terlupakan. Namun, karena buku ini merupakan salah satu buku yang ngena banget di hati dan sayang banget kalau ilmunya dilewatin, saya tetap ingin menulis review-nya di sini. Nah, agar saya ndak perlu repot mbaca dari awal, saya hanya memberikan beberapa kalimat yang ngena banget dari buku ini, yang sudah saya kasih tanda centang dengan menggunakan pensil saat membacanya.
Buku ini diawali dengan hadirnya kita di tengah ayah bunda, lalu menjadi remaja yang tumbuh mendewasa dan penuh ego. Saat meneruskan bacaan, ada satu hal yang ngena banget di bagian awal: gerak itu tanda kehidupan. Yang mati itu tidak bergerak.
Selanjutnya, Ust. Salim dengan bahasa puitisnya memberikan beberapa kalimat yang saya kutip berikut.
Islam meletakkan cinta dan hawa nafsu dalam kemuliaan. Kemuliaan berarti kendali terhadapnya yang dipenuhi rasionalitas, kemanfaatan, jiwa pelestarian, pembangunan, dan kematangan. Maka Islam menghadirkan, bahkan sangat menganjurkan sebuah solusi bagi cinta dan syahwat itu: pernikahan.
Cinta akan lenyap dengan lenyapnya sebab... (Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam Raudhatil Muhibbin)
Beliau juga menambahkan pandangan tentang pacaran:
Kita pengecut, masih takut-takut untuk menanggung beban dalam hidup berumahtangga. Dan di baliknya, kita begitu licik untuk bersegera menikmati sisi-sisi indah dalam hubungan dua insan. Benar-benar pengecut.
Bisa jadi, ada pintu-pintu kesenangan yang dibukakan dalam pacaran. Tetapi tunggulah saat di mana anda terdiam berputus asa. Saat segala kecewa dituai karena pernikahan tak lagi berbumbukan kenikmatan. Saat anda kecewa bahwa isteri dan suami tak seindah harapan. Saat itulah anda menyesal.
Lalu beliau menambahkan...
Simpan itu, untuk yang halal bagimu.
Lalu bagaimana cara menjaganya? Ust Salim menyebutkan ada lima yaitu dzikrullah, puasa, sabar dan sholat sebagai penolong, ngaji, dan melelahkan diri dengan aktivitas surgawi.
Oh iya, untuk bahasan selanjutnya setelah pacaran dan anjuran untuk menjaga, saya sengaja mengutip dua paragraf saja yang sekiranya tidak terlalu menyinggung ke dunia pacaran setelah pernikahan:
Bersediakan Ukhti, menjadi ustadzah rumah ini?
Tiga kunci kebahagiaan soerang laki-laki: (1) Isteri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang, jika kamu pergi membuatmu merasa aman karena bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu. (2) Kendaraan yang baik yang bisa mengantar ke manapun pergi. Dan, (3) rumah yang lapang, damai, penuh kasih sayang ... (HR Abu Dawud)
0 Comment:
Post a Comment