Assalaamu'alaikum :)
Selamat membaca kembali salah satu bagian dari ceritaellena yang sedikit berbeda (lagi). Kali ini, aku akan menceritakan empat kota yang aku kunjungi selama bulan Februari. Walaupun hanya sebentar dan tujuannya bukan untuk traveling melainkan untuk kepentingan kuliah, perjalanan kecil ini telah mempertemukanku dengan beberapa cerita yang wajib aku bagi.
Surabaya. Siapa yang tidak mengenal kota terbesar ke dua di Indonesia setelah Jakarta itu? Kota yang terkenal dengan peristiwa 10 November dan baru terhubung dengan Madura melalui jembatan Suramadu. Tanggal 6 Februari, aku ke sana bersama Fian dan mas Dimas untuk mengikuti salah satu rangkaian kompetisi di ITS. Ini adalah pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Surabaya. Sesampainya di ITS, suasana sejuk membuat image Surabaya panas yang sudah tertanam di pikiranku hilang. Kami bertemu dengan teman-teman dan panitia yang baik hati. Sasa, Laily, dan semuanya. Ingin rasanya aku menjelajahi lebih jauh lagi tentang ITS dan Surabaya. Tetapi aku ingat bahwa tujuan utama ke sini bukan untuk itu. Akhirnya kami mulai pertempuran kembali untuk menyiapkan presentasi maket esok hari.
Pada hari Sabtu (07/02), kami dan peserta yang lain kaget karena ternyata presentasi Karya Tulis yang seharusnya dilaksanakan besok dijadikan satu dengan presentasi maket dalam waktu 10 menit. Awalnya aku merasa kesal, tetapi melihat perjuangan tim lain membuatku merasa bahwa ini seperti sebuah permainan yang harus dipecahkan. Kami pun presentasi dan esok hari tidak ada lagi kegiatan yang menguras pikiran. Tinggal berdoa, berdoa, dan meminta doa dari orang tua. Itu artinyaaaaa Surabaya kami datang!! Ini kenyataannya.
Pada malam harinya, aku, Fian, dan mas Dimas dijemput oleh mas Chahya. Siapa mas Chahya? Mas Chahya itu anaknya adiknya suaminya kakaknya mama (begitulah ceritanya). Nah, perjalanan pertama adalah perjalanan untuk mengisi perut. Kami makan tahu tek-tek karena kata kakakku ini makanan khas Surabaya. Semacam tahu yang dicampur dengan sayur, lalu diberi bumbu kacang. Manis dan pedas. Meskipun aku baru tahu kalau Fian dan mas Dimas sama-sama tidak suka pedas. You have to try it. Oh iyaa, sekilas tentang Fian dan mas Dimas. Mereka adalah dua individu yang berbeda. Seorang yang spontan dan seorang yang terstruktur. Aku tidak tahu bagaimana caranya mereka bisa akrab, saling bekerja sama, saling mempersiapkan presentasi maket, dan tentunya selama dua bulan bersamaku membuat Karya Tulis ini.
Nah, setelah makan tahu tek, kami pun pergi ke landmark Surabaya yaitu patung sura (hiu) dan buaya yang sedang bertengkar menurut legenda Surabaya. Ini dia Surabaya....
Setelah itu, kami mengunjungi Tugu Pahlawan dan Jembatan Suramadu. Sayangnya, kami tidak berani turun ke jalan saat di dekat Jembatan Suramadu karena ada beberapa hal yang menakutkan. Tetapi memandang jembatan ini dari jauh itu sudah pengalaman yang sangat berharga dan amat sayang jika dilewatkan.
Setelah itu, Fian dan mas Dimas kembali pulang ke kos teman mas Dimas, sementara aku ikut mas Chahya ke Sidoarjo. Ya. Ternyata ada satu hal yang menarik dari Sidoarjo dan Surabaya. Apa ituuuuu? Baca terus yaaa.
Sidoarjo. Sesampainya di Sidoarjo pada jam 2 dini hari, aku langsung tidur karena tubuh ini sudah menolak untuk melanjutkan ritual begadang dari kemaren malam.
Jam 10 pagi pada hari Minggu (08/02), Fian dan mas Dimas mengabarkan bahwa mereka sedang jalan-jalan bersama Sasa (LO kami). Oh tidak! Aku juga mau. Tetapi mengunjungi keluarga di Sidoarjo jauh lebih penting dari itu. Terlebih 4 orang dari keluarga kami di sini sedang sakit. Tetapi karena jarak antar rumah dan rumah sakit beberapa keluarga di Sidoarjo ini cukup jauh, aku dan mas Chahya pun sempat mampir ke beberapa tempat menarik di sini. Hehe. Ini dia Sidoarjo....
Pertama, kami mengunjungi bude di Rumah Sakit dan juga tak lupa memohon doa agar menang. Doa orang tua itu kan kuat, apa lagi sedang sakit. Alhamdulillah dapat dua keuntungan hihi. Nah, setelah itu kami mengunjungi keluarga mbak di rumahnya dan bertemu dengan dua malaikat kecil yang sangat manis dan lucu. Sama-sama berambut keriting, lucu sekali. Oh iyaa, mbak sempat menanyakan, "Oh lombanya tentang green building. Kalau rumah mbak ini termasuk rumah yang green juga ndak?" hihi. Seusai bermain dan bercerita lagi-lagi lebih banyak tentang lomba yang aku ikuti, kami pun pergi ke rumah sakit yang satunya lagi untuk menjenguk kakak yang juga sakit dan bertemu dengan bayi yang menangis ketika aku lepas dari gendonganku. Ashila namanya. Cantik dan aktif bergerak dengan ekspresi yang menyenangkan.
Setelah itu, kami berjalan kembali menuju salah satu tempat yang dari dulu membuatku penasaran. Lumpur Lapindo. Seperti apa lumpur Lapindo itu......
Foto di samping adalah fotoku di depan salah satu jalan atau tanggul lumpur. Di foto itu terlihat sebuah kerangka atap rumah yang tidak lagi terselamatkan. Betapa pedihnya peristiwa itu. Meskipun warga telah mendapat ganti rugi berupa tinggal di perumahan baru, tetapi bagiku peristiwa ini adalah peristiwa yang menyeramkan. Aku belum belajar dengan pasti tentang mana yang benar, apakah perisitiwa alam atau kesengajaan manusia untuk menggali lebih dalam. Tetapi satu hal yang aku ambil dari peristiwa ini adalah di manapun kita berada, ketika Allah menghendaki suatu bencana, maka apa daya kita sebagai manusia yang lemah. Ada juga hikmah yang diambil dari warga. Beberapa warga menjual CD berisi dokumentasi Lumpur Lapindo. Mereka menawarkan kepadaku, "Ayo mbak dibeli buat mahar." Oh tidaaaak. Selain itu, kawasan ini juga menjadi kawasan wisata melalui biaya parkir yaitu 30 ribu rupiah untuk mobil dan 15 ribu rupiah untuk sepeda motor.
Setelah mengunjungi lumpurnya, rasanya belum lengkap kalau kita belum makan cekernya. Ya. Ceker Lapindo. Kami pun pergi ke warung ceker Lapindo dan ternyata benar dugaanku. Yang dimaksud dengan ceker Lapindo adalah ceker rebus dengan rasa paling pedas di antara menu ceker yang lain. Hari ini seperti sebuah penyiksaan. Setelah dibawa ke lumpur, disuruh makan ceker lumpur yang pedasnya minta ampun. Tetapi yaaa, rasanya memang sayang kalau tidak dicoba. Hihi.
Nah, setelah itu kami pun berangkat menuju Graha ITS untuk mengikuti acara penutupan dan pengumuman. Saat meninggalkan kota Sidoarjo, ada satu hal yang menarik dari Sidoarjo dan Surabaya. Udang. Udang ternyata bukan hanya menjadi landmark Surabaya, tetapi juga menjadi landmark Sidoarjo. Landmark dari Sidoarjo adalah udang dan bandeng karena merupakan komoditi utama di Kabupaten ini selain petis. Pantas saja saat aku melihat jalanan, beberapa patung udang dan bandeng ada di sepanjang jalan. Selain itu, jalanan kota ini juga dihiasi dengan 99 asmaul husna yang masing-masing katanya ada pada bahu jalan. Sepanjang kita mengitari Sidoarjo, maka kita akan diingatkan pada asmaul husna. Keren.
Jakarta. Hanya demi mengambil SKHUN, aku pun pergi ke Jakarta naik kereta dan ke Bengkulu naik pesawat. Sebenarnya, hanya sekitar 7 jam untuk menunggu penerbangan di Soetta dan keberangkatan kereta di Pasar Senin, aku menginjakkan kaki kembali di Jakarta. Tetapi itu sudah cukup untuk menikmati hembusan nafasnya, mendengarkan para tukang ojek dan angkot saling bercanda, memandangi monas dari Gambir, dan merasakan nyawanya. Ya Jakarta. Sebuah kota metropolitan di atas Surabaya. Entah mengapa, walaupun banjir, kriminalitas, dan kesenjangan sosial menjadi cerita dari kota ini, aku tetap rindu dengan kota ini. Sebuah kota yang mengajarkanku tentang perjuangan selama 1 tahun waktu SMA dulu. Sebuah kota yang mempertemukanku dengan sisi lain orang-orang yang mereka bilang 'orang jahat'. Dan Jakarta. Kota ini masih sama. Walaupun menurutku lebih rapi, terlihat dari pemandangan di balik kaca mobil DAMRI tujuan Soetta.
Bengkulu. Nah ini dia. Kota kenangan yang sudah 20 bulan lamanya tak ada kabarnya buatku. Kali ini aku benar-benar sampai ke Bengkulu. Ada apa saja di Bengkulu? Di kota ini, ada banyak tempat dan makanan menarik yang pernah aku ceritakan sebelumnya. Kali ini aku hanya menceritakan hal apa saja yang aku lakukan kemaren. Satu yang pasti adalah mengunjungi sekolah, bertemu dengan guru-guru dan adik kelas, serta membagi ilmu tentang UGM kepada adik kelas semua. Alhamdulillaah.
Nah, itu dia sekilas cerita tentang 4 kota. Semoga di lain kesempatan aku bisa ke Sulawesi tepatnya di Makassar, dan Kalimantarn terutama di Bontang lalu membagikan ceritanya di dalam blog ini :)
Terima kasih sudah membaca :)
0 Comment:
Post a Comment