Ellena Wulandari

Bergerak Menginspirasi

  • Home
  • About Me
  • YouTube
  • Instagram
Mutiara Hati

Mengingat Mati (Dzikrul Maut) dan Memendekkan Angan-angan

Sunday, 19 July 2015 By Ellena Wulandari 0 Comments

Assalaamu’alaikum.
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad. Wa’alaa ali shalli ‘alaa Muhammad.

Sahabat yang dirahmati Allah, pernahkah kita mendapati jiwa kita dalam keadaan angkuh dan hati kita dalam keadaan keras? Ketika kita merasa berat untuk melakukan kebaikan, ketika kita merasa berat untuk menundukkan hati di dalam sholat kepada Allah, ketika kita merasa kita adalah orang yang paling hebat di dunia ini, ketika kita tidak peduli dengan kepedihan yang terjadi di lingkungan sekitar kita? Coba kita tengok kembali ke dalam diri kita dan bertanyalah, “Apakah aku ingat pada kematian?”

Sahabat, kematian adalah sebuah kepastian, jasad kita akan terbaring di dalam tanah dan berteman dengan cacing-cacing. Tetapi terkadang kita lupa, terkadang kita terlalu berkonsentrasi dengan kepentingan duniawi untuk mencapai angan-angan kita. Seakan-akan kita tidak peduli dan justru ingin menghindari kematian.

Allah swt berfirman dalam surat Al Jumuah ayat 8:
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’” (QS Al-Jumu’ah ayat 8)

Sudah sepantasnya kita mengingat, mempersiapkan, merencanakan, memperhatikan, dan mengumpulkan daya untuk sebuah kematian.  Rasulullah saw bersabda, “Orang yang cerdas adalah orang yang menginstrospeksi dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.” (HR Tirmidzi)

Sahabat, mari kita ingat kembali teman-teman kita yang telah tiada. Mereka yang 3 hari yang lalu masih tersenyum dengan kita, masih bercanda, memegang jabatan, dan membagi ilmu, tetapi 2 hari yang lalu telah meninggal dan terkubur di dalam tanah. Mereka telah terkubur dan wajah elok mereka telah bercampur dengan tanah dan dimakan oleh cacing-cacing. Jika kita bayangkan diri kita yang menggantikannya, apakah kita sudah siap? Sudah cukupkah bekal kita untuknya?

Salah satu hal yang menyebabkan kita sering lupa dengan kematian adalah panjang angan-angan. Rasulullah saw bersabda, “Perumpangaan anak Adam, di sisinya adalah Sembilan puluh Sembilan kematian, jika ia luput dari beberapa kematian, maka ia pasti jatuh dalam ketuaan.” (HR Tirmidzi). Ibnu Mas’ud mengatakan, “Ini orang dan ini beberapa kematian yang ada di sekitarnya berjalan kepadanya, ketuaan berada di belakang kematian, sedangkan angan-angan berada di belakang ketuaan. Dia berangan-angan. Sedangkan beberapa kematian itu berjalan kepadanya, maka kematian yang lebih cepat sampai akan mengambilnya. Jika ia luput dari beberapa kematian, maka pasti akan terbunuh oleh ketuaan seraya menanti ajal.”

Panjang angan-angan itu dapat disebabkan oleh dua hal yaitu cinta dunia dan adanya kebodohan. Terkadang seseorang jika diingatkan akan kematian, dia menunda-nunda dan menjanjikan dirinya seraya berkata, “Masih banyak waktu untukmu bertaubat.” Nanti saja jika sudah tua, nanti saja jika sudah renta, ia pun terus menundanya sampai akhirnya datang kematian tanpa persiapan darinya. Karena kebutuhan manusia tidak akan pernah berakhir. Yang kedua adalah kebodohan yaitu terlalu percaya dengan masa muda sehingga menganggap kematian jauh dari anak muda dan tidak datang secara tiba-tiba. Padahal kematian itu tidak jauh. Seperti sakit yang terjadi secara tiba-tiba, kematian pun datang secara tiba-tiba. Tetapi kebodohan akan hal ini dan cinta dunia membuatnya mempertinggi angan-angan dan mengabaikan kematian yang sudah dekat.

Sahabat yang dirahmati Allah, demikianlah sedikit ilmu yang dapat saya bagikan dari beberapa buku yang pernah saya baca dan beberapa kajian yang pernah saya ikuti. Kebaikan itu dari Allah, sementara keburukan itu berasal dari kelalaian saya ataupun bisikan syetan. Wallaahua’lam. Semoga kita senantiasa menghiasi hari-hari kita dengan keinginan untuk senantiasa memperbaiki diri, memperbaiki ibadah-ibadah kita, dan tidak disibukkan dengan kepentingan duniawi. Aaamin. Semoga bermanfaat.

Wassalaamu’alaikum.

Referensi rujukan:
Tazkiyatun Nafs Intisari Ihya Ulumuddin oleh Sa’id Hawwa, 2005

Mutiara Hati
Share:

Ellena Wulandari
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna.

Related Articles


0 Comment:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments ( Atom )

A woman with ambition is the sexiest woman

Labels

Beasiswa Unggulan (3) Belajar Memasak (2) Book Review (12) Campus (9) Etalase 23 Kilo Meter (6) Indonesiaku (1) KAMASE (8) Muslimah (1) Mutiara Hati (4) Pengabdian (3) Taman Baca (1) Teladan (1) Thailand (5) Tirai-tirai Asa (2)

Visitors

Archive

  • ►  2021 (2)
    • ►  February (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2016 (14)
    • ►  December (2)
    • ►  September (3)
    • ►  March (7)
    • ►  January (2)
  • ▼  2015 (32)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  August (1)
    • ▼  July (10)
      • Don’t They Remember Their Family at Home?
      • Lost and Love in Bangkok
      • Day 1 and Day 2: This was Our Dream, Bangkok
      • Insyaa Allah, there will be a Way to Catch Up Our ...
      • Khusyu' dalam Shalat
      • Mengingat Mati (Dzikrul Maut) dan Memendekkan Anga...
      • Balada Lelaki Pincang di Perempatan
      • Why We Must Read the Preface First?
      • Etalase 23 Kilo Meter
      • The Art in being a Minority
    • ►  June (3)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (6)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (13)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
  • ►  2011 (1)
    • ►  December (1)
Powered by Blogger.

© 2016 Ellena Wulandari
Distributed By Blogger & Created By Responsive Blogger Templates