Ellena Wulandari

Bergerak Menginspirasi

  • Home
  • About Me
  • YouTube
  • Instagram
Mutiara Hati

Kenapa Pacaran itu Nggak Boleh?

Friday, 17 April 2015 By Ellena Wulandari 4 Comments
Kalau kumpul acara keluarga, nggak pernah yang namanya absen satu pertanyaan tentang pacar.

Diawali dengan….
Pacarnya dimana?
Pasti ganteng kan?
Mbok dikenalin to.
Anak UGM juga ya?
Satu jurusan?
Atau kakak tingkat?
Asdos yaa?


Lalu diakhiri dengan….
Masak nggak punya pacar????

Dengan wajah geli aku pun menjawab,
“Nggak boleh pacaran sama mama.” Kalau sudah begitu jawabannya pasti percaya. Sebenarnya, bukan itu satu-satu alasannya karena aku bisa aja kan pacaran sembunyi-sembunyi atau backstreet biar mama nggak tau? Nah, bukan itu alasannya.

Sebenarnya lama sekali aku tidak memikirkan cinta apa lagi pacaran. Tetapi karena beberapa hari yang lalu ada beberapa hal menarik dari salah satu adik kelas, aku pun harus mengungkapkan ini. Semoga bisa menjadi pencerahan yaa kenapa sih banyak yang bilang kalau pacaran itu nggak boleh.

Oke. Di sini, aku bukanlah seorang yang rajin mengaji, seorang yang di setiap perkataannya bernafaskan ajaran agama, dan bukanlah seorang yang anti atau belum pernah mengalami cinta monyet atau pacaran. Di sini aku hanyalah seorang yang semenjak kuliah tidak suka melihat dan mendengar beberapa hal. Aku tidak suka melihat cewek cowok boncengan naik motor malem-malem entah kemana. Aku tidak suka melihat cewek cowok saling berpandangan saat makan bareng. Aku tidak suka melihat cewek cowok berpegangan tangan di jalan-jalan. Dan aku tidak mau adik-adikku mengalami apa yang tidak aku sukai.

Sebagai seorang cewek yang menginjak masa remaja, perasaan cinta itu pasti hadir. Kalau nggak hadir berarti ada yang salah. Rasa tertarik, kagum, dengan lawan jenis itu hal yang biasa karena masing-masing dari kita memiliki perasaan. Tetapi, apakah rasa akan berjalan semulus itu? Rasa bukanlah ilmu fisika yang memiliki nilai mutlak dan rumus-rumus yang telah diturunkan oleh ilmuan serta dipatenkan. Nah, berikut ini beberapa hal yang semoga dapat menjawab.

Kenapa pacaran itu nggak boleh?

The first case.
Kalau lagi pacaran seakan-akan dunia milik berdua. Bahkan nggak peduli tuh kalau ada orang yang nggak suka. Coba kalau udah nikah. Serasa nggak punya dunia atau mungkin serasa dunia milik masing-masing. Karena saat kita pacaran, rasanya yakin sekali bahwa pacar kita akan memberikan segala-galanya untuk kita. Tapi kalau udah nikah nanti? Apa iya masih melakukan hal yang sama? Karena sebagai cewek, tubuh kita lebih cepat menua dari pada cowok. Kita tidak akan secantik saat pacaran. Kita akan memiliki banyak kekurangan karena kita akan melahirkan, menyusui, menjaga anak, menyuapinya, nyuciin bajunya, seharian di dapur, memikirkan pengeluaran bulanan, dan lain-lain. Pikir lagi ketika ada cowok yang bilang suka karena kita cantik. Iya, sekarang dia suka karena kita masih cantik. Kalau nanti waktu udah nikah kita tidak secantik saat dulu pacaran, apa dia masih suka? Apa dia masih mau memandangi wajah kita sebagai peneduhnya? Kalau pacarannya setelah menikah kan beda. Well, ingat juga kalau cantik itu milik hati. Mau cantik atau tidak, pada akhirnya nanti wajah kita akan sama-sama masuk ke liang lahat. Dan kecantikan hati itu miliki si mutiara yang tidak semudah itu ditemukan.

The second case.
Kita pacaran padahal kita masih sekolah atau masih kuliah. Pernahkah kita berpikir, “Mama papaku mau nggak ya kalau aku punya suami pengangguran?” Pasti jawabannya beliau nggak mau. Benar kan? Begitu juga dengan mama papa pacar kita. Apakah mereka mau, ketika kita tidak bekerja karena saat kuliah sibuk pacaran (katanya sih si pacar nyuruh kita jadi ibu rumah tangga aja, nggak perlu kerja saat jadi istrinya)? Pasti nggak mau juga. Gengsi dong kalau anak mereka harus nikah sama pengangguran. Kalau pun mereka mau, pasti mereka mau menikahkan anaknya dengan seorang wanita cerdas dilihat dari academic record-nya. Dan karena mama papanya nggak mau, terpaksa deh kita nggak jadi nikah sama dia. Sudah patah hati, harus nyari calon lain yang mau sama pengangguran, nggak kerja lagi? Rugi kan?

The third case.
Banyak yang bilang, pacaran karena sering merasa kesepian. Memang benar, ada beberapa orang yang menjadikan alasan kesepian dan tidak punya tempat untuk bersandar sehingga mereka harus pacaran. Sebelum memutuskan untuk pacaran, cek lagi ada apa dengan diri kita? Kesepian seperti apa yang dimaksud? Karena hal ini cukup riskan. Ketika tiada lagi teman yang mau mendengar cerita kita, ketika tiada lagi orang tua, ketika tiada lagi kakak, dan akhirnya kita memutuskan untuk pacaran dengan seseorang karena hanya dia satu-satunya yang ada saat kita terpuruk, berhati-hatilah. Hati cowok siapa yang tahu? Mungkin ada maksud lain di balik kebaikannya. Berhati-hatiiii. Dan ada satu jalan yang tak boleh kita lupakan yaitu petunjuk dari-Nya. Allah lah yang akan memudahkan setiap langkah-langkah kita.

The forth case.
Ada orang yang mengubah nama pacaran menjadi komitmen. Bilangnya sih, “Kami nggak pacaran kok, tapi kami punya komitmen buat bersama nanti jika Allah mengijinkan.” Ini nih, yang paling aku tidak suka. Membawa-bawa nama Allah pada suatu hal yang salah. Allah saja melarang kita mendekati hal-hal seperti itu. Terus kamu mau bilang komitmen buat sama-sama berjuang di jalan Allah? Dimananya? Aku punya temen, temen kampus lebih tepatnya yang punya komitmen buat bersama dengan teman SMAnya. Katanya sih lagi sama-sama berjuang untuk memperbaiki diri. Adik-adikku, bukan seperti itu caranya. Duh aku pingin nangis. Karena apa bedanya dengan pacaran? Tetep ada cerita dari hati ke hati kan? Tetep ada pernyataan kan? Tetep ada rasa saling suka kalau lagi ketemu kan? Tetep ada interaksi kan? Tetep ada niatan “besok kalau udah lulus kuliah kita akan nikah” kan? Itu sama aja dengan pacaran. Dan yang paling bikin sakit adalah mereka merasa komitmen ini dibantu oleh Allah. Dibantu bagian mananya? Ikhlas ibadanya karena Allah atau demi dia biar dia tetep ngira kita cewek sholehah? Ikhlas jilbab panjangnya karena Allah atau demi dia agar dia yakin kalau kita bisa jaga diri kita? Ikhlas nggak berani natap mata cowok karena Allah atau demi dia agar dia yakin kalau kita benar-benar menjaga pandangan? Pikir lagi. Pikir lagi.

The fifth case.
Pacaran islami. Islam? What do you mean? Aku paling benci kalau ada acara TV atau cerita temen-temen yang mengaku pacaran Islami. Apa maksudnya pacaran islami? Oh gini kah? Jalan-jalannya pas mau buka puasa bareng yaa? Kerjaannya ngingetin pacar buat tahajud dhuha sedekah dan baca qur’an yaa? Jam 1 malem SMS-an buat bangunin pacar ya? Telp-telponannya sambil nanya, “Hai dek, besok sahur kan? Bangunin mas sekalian yaa?” Duh duh dunia ini sudah terbalik memang. Berarti tahajud dan puasa sunnah itu karena cinta Allah atau biar dilihat sama pacar (agar pacar kita nggak hilang)? Diinget lagi, diinget lagi. Kalau emang niat banget pacaran, jangan bawa-bawa nama Islami deh.

The six case.
Pacaran itu bikin kita nggak bebas. Ya. Nggak bebas. Kenapa?? Karena sayang sekali, banyak hal yang kita lewatkan saat kita pacaran. Pulsa sms yang lebih enak dipakai buat smsin temen-temen di kampus atau temen-temen organisasi, jadi terbuang sia-sia buat pacar. Waktu yang seharusnya lebih banyak diluangkan untuk keluarga, jadi terbuang sia-sia buat sekedar balas sms pacar atau jalan bersama. Pikiran yang seharusnya kita pakai untuk memikirkan apa yang akan kita lakukan untuk negeri ini, jadi terbuang sia-sia karena lebih banyak dipakai untuk memikirkan pacar, entah itu cemburu, atau apapun itu. Banyak sekali hal yang harus kita perbaiki. Selesaikan dirimu sendiri dulu, baru selesaikan orang lain. Karena banyak hal yang bisa kita dapat dari mengenal semakin banyak orang. Tidak terbatasi dengan pacaran. Well, kita masih cupu banget kalau mau ngomongin cinta. Pernah ada seorang guru yang bercerita. Seberat apapun masalah kamu sekarang nak, ini belum seberapa jika dibandingkan dengan masalah orang-orang yang sudah menikah. Mereka yang telah memasuki dunia yang sesungguhnya. Coba pikir. Sekarang pacar kita baik banget, ngingetin terus buat makan, belajar, jaga diri baik-baik. Nanti kalau udah nikah? Emang bakalan gitu juga kalau udah pernah ngerasain indahnya sebelum nikah? Emang bakalan gitu juga kalau udah tahu garamnya?

The seventh case.
Banyak orang sukses yang nggak pacaran, karena waktu mudanya digunakan untuk beribadah lebih baik, belajar lebih baik, dan berolah raga lebih baik :)


Dari seorang pembelajar yang hanya tidak suka melihat dan mendengar beberapa hal.


Mutiara Hati
Share:

Ellena Wulandari
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna.

Related Articles


4 comments:

  1. Mr, freud28 December 2015 at 16:59

    tergantung dari pandangan seseorang juga dalam menilai "hubungan" pacaran itu sendiri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ellena Wulandari12 January 2016 at 13:06

      Dan di agama saya tidak ada kata "pacaran" :)

      Delete
      Replies
        Reply
    2. Reply
  2. Belajar dan Mengajarkan5 January 2016 at 11:37

    Gue setuju ma ellena..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ellena Wulandari12 January 2016 at 13:07

      Makasiiiih hehe :)

      Delete
      Replies
        Reply
    2. Reply
Add comment
Load more...

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments ( Atom )

A woman with ambition is the sexiest woman

Labels

Beasiswa Unggulan (3) Belajar Memasak (2) Book Review (12) Campus (9) Etalase 23 Kilo Meter (6) Indonesiaku (1) KAMASE (8) Muslimah (1) Mutiara Hati (4) Pengabdian (3) Taman Baca (1) Teladan (1) Thailand (5) Tirai-tirai Asa (2)

Visitors

Archive

  • ►  2021 (2)
    • ►  February (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2016 (14)
    • ►  December (2)
    • ►  September (3)
    • ►  March (7)
    • ►  January (2)
  • ▼  2015 (32)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (10)
    • ►  June (3)
    • ▼  April (3)
      • Yang Sangat Dekat dengan Kita Adalah Kematian
      • Kenapa Pacaran itu Nggak Boleh?
      • Senja, di ITS...
    • ►  March (1)
    • ►  February (6)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (13)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
  • ►  2011 (1)
    • ►  December (1)
Powered by Blogger.

© 2016 Ellena Wulandari
Distributed By Blogger & Created By Responsive Blogger Templates