Ellena Wulandari

Bergerak Menginspirasi

  • Home
  • About Me
  • YouTube
  • Instagram
Teladan

Mush’ab Bin Umair, Sosok Inspiratif yang Terlupakan sebagai Teladan Ketangguhan Menghadapi Rintangan Permulaan Hijrah

Thursday, 10 March 2016 By Ellena Wulandari 0 Comments
Mush’ab Bin Umair, Sosok Inspiratif yang Terlupakan sebagai Teladan Ketangguhan Menghadapi Rintangan Permulaan Hijrah
Oleh: Ellena Wulandari (Universitas Gadjah Mada)
Published as the 1st Runner Up in NATIONAL ESSAY COMPETITION 
ASMF 2015, KMFPT, Universitas Gadjah Mada,  15 December 2015
No Plagiarism. Feedback or Correction: ellenawulandarimail@gmail.com
         Menurut data dari Biro Pengendalian Operasi, Mabes Polri (BPS, 2013), jumlah kasus kejahatan di Indonesia yang telah dilaporkan pada tahun 2010 adalah sebesar 332.490 kasus, lalu meningkat menjadi 346.605 kasus pada tahun 2011, dan 341.159 kasus pada tahun 2012. Persentase kejahatan yang menonjol pada tahun 2012 adalah pencurian (29,61%), penganiayaan (4,35%), narkoba (4,86%), perjudian (2,86%), pemerasan (1,38%), dan korupsi (0,11%). Kondisi kejahatan tersebut sangat memprihatinkan, terlebih jika kita ingat bahwa Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya adalah muslim. Menurut data dari Biro Pusat Statistik (2011), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 237.641.326 jiwa, dengan 87,18% adalah muslim. Hal ini tentunya menjadi sebuah tanda tanya ketika suatu negara dengan gelar mayoritas muslim, memiliki berbagai permasalahan yang bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
            Pertentangan itu tentunya memiliki akar yang tumbuh menjadi kebiasaan-kebiasaan pada bangsanya yang dapat disebabkan oleh hal-hal kecil di sekitar kita. Kita ambil contoh yang sederhana saja. Jika kita memasukkan kata kunci “pemuda inspiratif Indonesia” dalam search engine kita, hasil yang akan muncul adalah beberapa nama pemuda dengan prestasi gemilang yang mungkin juga kita ketahui sejak lama. Ada peraih IPK 4, pemenang kontes robot internasional, penulis buku, doktor termuda, dan sederetan pemuda lain peraih prestasi yang memperoleh gelar “inspiratif”. Terkadang, nilai-nilai yang akan kita peroleh dari mereka adalah nilai-nilai yang jauh dari Islam meskipun mereka adalah muslim. Hal ini adalah salah satu indikator bahwa nilai-nilai Islam itu sendiri belum tertanam secara keseluruhan kepada bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini karena salah satu indikator seseorang yang mengerti Islam secara keseluruhan adalah ketika ia mulai mengedepankan kepentingan akhirat di atas kepentingan dunia. Tidak banyak pemuda muslim yang mulai mengaitkan setiap peristiwa dengan agama. Padahal, Rasulullah saw. bersabda:

“Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya.” (Hadist Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (V/183).
           
            Mulai mengedepankan kepentingan akhirat terhadap kepentingan dunia memerlukan sebuah perjalanan panjang yang disebut dengan hijrah. Hijrah secara bahasa berasal dari kata Hajara Yahjuru Hajran yang artinya memutuskan hubungan (Yunus, 1990) dan merupakan lawan dari al Wasl atau menyambung sehingga hijrah dapat juga diartikan sebagai berpindah dari suatu tempat ke tempat lain (Ghianovan, 2014). Tempat di sini juga dapat diartikan sebagai sebuah pelajaran atau hikmah yang berhasil kita raih setelah melakukan perjalanan dan pencarian (Jazuli, 2006).
            Mungkin memang tidak mudah, ketika kita harus mengedepankan kepentingan akhirat terhadap kepentingan dunia. Salah satu hal yang dapat menjadi indikator frasa tidak mudah ini muncul adalah saat ini jarang kita dapati cerita pemuda muslim jaman Rasulullah saw. yang mampu menginspirasi kita pada pembelajaran dan buku-buku umum. Kita pun jarang menemukan nama-nama mereka dalam search engine kita. Salah satu sahabat Rasulullah saw. yang inspiratif adalah Mush’ab bin Umair, seorang sahabat yang mampu mempertahankan tekadnya untuk berhijrah di tengah keluarga yang sangat membenci Islam.
            Mush’ab bin Umair adalah pemuda kafir Quraisy yang terbuka hatinya untuk memilih beriman kepada Allah setelah mendengar ayat suci Al-Qur’an berkumandang dari bibir Rasulullah dalam sebuah lingkaran cahaya di rumah Arqam bin Abil Arqam. Setelah memeluk Islam, Mush’ab harus melaksanakan sholat secara sembunyi-sembunyi agar keluarganya tidak mengetahui keislamannya. Mush’ab sangat bersemangat untuk belajar ilmu agama serta memiliki kepandaian dalam berargumentasi sehingga Rasulullah saw. mengirimkan beliau dakwah di Madinah. Beliau rela meninggalkan kemewahan dunia untuk berjihad demi mengejar kehidupan di akhirat hingga akhirnya syahid dalam perang Uhud.
            Jika kita ingat kembali kasus kejahatan yang marak terjadi di negara dengan mayoritas penduduk muslim, maka satu hal yang patut kita pertanyakan adalah:

Sudah tertanamkah makna hijrah yang sesungguhnya pada setiap pemuda muslim di negeri ini? Sudah adakah perjalanan untuk mengedepankan kepentingan akhirat terhadap kepentingan dunia?

            Perjalanan ini memang tidak mudah. Banyak hal yang harus kita relakan ketika kita memutuskan untuk berhijrah. Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang mahasiswi di departemen saya, Departemen Teknik Fisika UGM. Beliau adalah seorang muslimah yang dulunya pernah menjadi bintang dalam sebuah majalah remaja. Setelah mendengar cerita beliau, ternyata bukanlah sebuah hal yang mudah ketika harus memutuskan memakai kerudung di tengah prestasi yang gemilang waktu SMA. Keputusan beliau untuk tetap mempertahankan pendirian dalam beragama mengalami fluktuasi yang harus selalu dikuatkan. Hingga hijrahnya kini mengantarkan beliau pada atmosfer prestasi yang juga gemilang. Beliau berhasil memperoleh juara pada beberapa perlombaan kepenulisan dan penelitian. Bahkan di tengah aktivitas-aktivitas sosial beliau yang padat, beliau justru memperoleh banyak celah menuju target pribadi yang terjadi dari pertolongan Allah.
            Kisah ini adalah sebuah kisah teladan bahwa awal untuk berhijrah memang sulit. Akan tetapi, seperti pada hadits Rasulullah saw di atas, ketika kita mampu mempertahankan orientasi kita akhirat, maka perlahan keberhasilan dunia itu akan kita dapatkan. Bahkan Islam pun mengarahkan pada keseimbangan dunia dan akhirat.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS. Al Qashash ayat 77)

            Sehingga kita bisa menyeimbangkan di antara keduanya. Dalam buku Majmu’atu Rasa’il (2012), Hasan Al Banna mengumpamakan sahabat-sahabat Rasulullah saw. sebagai rahib di malam hari dan penunggang kuda di siang hari. Mereka adalah orang yang mampu menikmati malamnya dengan dzikir dan ibadah kepada Allah lalu ketika datang waktu untuk berjihad, maka mereka akan segera melaksanakannya selayaknya penunggang kuda yang siap bertempur.
            Kembali lagi pada frasa tidak mudah dalam memulai berhijrah. Salah satu hal yang harus dilakukan pemuda untuk menghilangkan frasa tersebut adalah dengan mempelajari agama Islam secara keseluruhan sehingga kita akan menemukan alasan mengapa kita harus melaksanakan hijrah. Al Qur’an sebagai sumber pembelajaran yang pertama memberikan beberapa tujuan manusia hidup di dunia, salah satunya adalah untuk mencari kesenangan. Padahal sebagaimana yang disampaikan oleh Hasan Al Banna (2012), ada tujuan lebih mulia yang dapat kita ambil, salah satunya adalah menjadi khalifah. Firman Allah dalam Al Qur’an memberikan mandat dan hak kepemimpinan atas dunia kepada manusia. Ketika kita telah memahami makna tersebut, maka kita mampu menyadari bahwa ada tanggung jawab yang harus dilaksanakan untuk memimpin dunia menuju kebaikan sebelum ajal datang.
            Akan tetapi setelah kita mampu memulai hijrah, bukan tidak mungkin akan datang beberapa masalah yang membuat kita terkadang ingin berhenti dan kembali lagi pada masa yang penuh dengan kenikmatan duniawi. Seperti Mush’ab bin Umair yang harus menanggung amarah dari keluarganya harus melepaskan segenap kekayaannya untuk melanjutkan jalan perjuangan Islam.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al ‘Ankabuut ayat 2)

            Dalam masa seperti itu, kita membutuhkan teman untuk mengingatkan tujuan awal kita dalam jalan ini. Hingga kita akan berjuang bersama-sama dalam sebuah lingkaran cahaya. Karena pejuang yang sendiri adalah seperti sebuah lidi dan pejuang yang bersama-sama adalah seperti lidi-lidi yang menyatu menjadi sebuah sapu lidi. Sering mendengarkan ceramah Rasulullah saw dalam sebuah lingkaran cahaya menjadikan Mush’ab bin Umair semakin yakin dengan keputusan yang akan beliau ambil. Beliau pun meninggalkan kemewahan duniawinya agar dapat menjadi salah satu mujahid dalam perang Uhud.
            Pada akhirnya kita akan menyadari satu titik yang disebut dengan kesadaran masing-masing individu. Dalam era kekinian, teknologi komunikasi telah memudahkan kita untuk dapat saling berkomunikasi. Tidak ada alasan tidak mengikuti sebuah perkumpulan hanya karena kita tidak mengetahui ada panggilan. Tidak ada alasan tidak menemukan sumber belajar agama yang tepat karena kita dapat mencarinya dalam search engine kita dengan pemilihan kata kunci yang tepat. Bahkan melalui teknologi yang memanjakan kita saat ini, kita dapat menebarkan kebaikan-kebaikan kepada banyak orang, sekalipun hanya dengan cara-cara yang sederhana seperti menulis artikel dan mempublikasikannya. Tinggal hati yang selalu diteguhkan untuk memahami Islam secara keseluruhan. Tinggal hati yang harus selalu dikuatkan dengan cahaya dari Allah. Tinggal bagaimana doa yang kita panjatkan setiap sepertiga malam kepada Allah yang membolak-balikkan hati agar meneguhkan hati kita pada agama-Nya.

Yaa muqollibal qulub, tsabbit qolbi ‘ala diinik.
Wahai zat pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.
(HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahikan oleh Adz Dzhabi)

REFERENSI
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Kriminal 2013. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2011. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Yunus, M. 1990. Kamus Arab-Indonesia cetakan 9. PT. Hidakarya Agung. Jakarta.
Ghianovan, J. 2014. Relasi Makna Hijrah dan Migrasi dalam Al Quran. Skripsi. Ilmu Tafsir Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Jazuli, A. S. 2006. Hijrah dalam Pandangan Alquran. Terjemahan Eko Yulianti. Gema Insani Press. Jakarta.

Banna, H. A. 2012. Majmu’ah Rasa’ilil Imam Asy Sahid Hasan Al-Banna. Al-Bashair lil Buhuts wad Dirasat. Mesir. Terjemahan Anis Matta, dkk. 2012. Majmu’atu Rasa’il. PT Era Adicitra Intermedia. Solo.
Teladan
Share:

Ellena Wulandari
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna.

Related Articles


0 Comment:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments ( Atom )

A woman with ambition is the sexiest woman

Labels

Beasiswa Unggulan (3) Belajar Memasak (2) Book Review (12) Campus (9) Etalase 23 Kilo Meter (6) Indonesiaku (1) KAMASE (8) Muslimah (1) Mutiara Hati (4) Pengabdian (3) Taman Baca (1) Teladan (1) Thailand (5) Tirai-tirai Asa (2)

Visitors

Archive

  • ►  2021 (2)
    • ►  February (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  July (1)
  • ▼  2016 (14)
    • ►  December (2)
    • ►  September (3)
    • ▼  March (7)
      • Laki-laki Penjual Koran
      • Cerita Annual Gathering Penerima Beasiswa Unggulan...
      • Cerita tentang Cara Memperoleh dan Mempertahankan ...
      • Mahasiswa Berprestasi Non Akademik Terbaik Penerim...
      • Mush’ab Bin Umair, Sosok Inspiratif yang Terlupaka...
      • Muslimah in Green Building Engineering Education M...
      • Thank You Allah, for the 5th Semester
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (32)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (10)
    • ►  June (3)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (6)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (13)
    • ►  December (2)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
  • ►  2011 (1)
    • ►  December (1)
Powered by Blogger.

© 2016 Ellena Wulandari
Distributed By Blogger & Created By Responsive Blogger Templates